Open Trip ke Lombok, Nusa Tenggara Barat - Hari ke-3
Akhirnya, Open Trip ke Lombok Day-3. Tubuh sedang tidak mendukung kegiatan di hari itu. Setelah sarapan pagi di hotel, kita langsung membawa barang bawaan ke lobby untuk checkout. Pukul 07.30 WITA seperti biasa, kita di jemput oleh bus untuk mulai explore Pulau Lombok. Destinasi kita hari ini adalah Desa Sukarare, Desa Ende, Bukit Merese, Tanjung Aan dan Pantai Kuta.
Desa Sukarare
Di desa sukarare kita bisa melihat langsung proses tenun dan mencoba menenun. Desa Sukarare lebih seperti toko yang menjual kain. Bila masuk kedalam toko kita akan ditawarkan untuk menyewa baju adat Sasak, Nusa Tenggara Barat dengan biaya IDR 20.000. Sayangnya gue dan 3 teman lainnya terburu-buru melepas baju adat karena hawa terlalu panas sehingga tidak ada foto beramai-ramai dan sedikit foto yang diambil. Sedih.
Untuk wanita (dedare=Sebutan gadis remaja di Sasak, Lombok):
Desa Ende
Untuk wanita (dedare=Sebutan gadis remaja di Sasak, Lombok):
- Tangkong atau Lambung Pakaian adat Suku Sasak disebut Tangkong atau Lambung. Biasanya dibuat dari bahan kain brukat atau beludru berwarna gelap tapi yang kita coba kemarin kain biasa. Bajunya agak pendek sehingga bila kain yang kita kenakan tidak sampai perut, perutnya akan kelihatan.
- Selendang atau lempot berupa kain panjang yang cara menggunakannya bisa dengan membentuk V segaris dengan pola jahit leher atau disampirkan di bahu.
- Kain (kereng-Sasak) yang digunakan untuk bawahan berupa Songket berwarna gelap yang dijahit dengan benang emas atau pola jahitan bernuansa cerah. Kain ini biasa digunakan oleh dedare. Perut diikat oleh kain panjang kecil untuk menguatkan kain.
Untuk Pria (bajang=Sebutan anak laki-laki remaja di Sasak, Lombok):
- Capuq atau Sapuk, pengikat kepala.
- Baju Pegon atau kemeja berwarna gelap. Bagian belakang bawah dijahit terbuka untuk menyelipkan keris atau Pemaje (Pisau kecil).
- Kain (Leang atau Dodot-Sasak) digunakan hanya sedengkul. Kain bagian luar, motif tenun yang dikenakan ini biasanya bermotif Subahnale, Keker atau Bintang Empet. Kain bagian dalam, yang dikenakan ini biasanya Serat Penginang
Desa Sukarare (On frame: Temanku Rahmat) |
Masuk ke Desa Ende ada tulisan welcome to sasak village dan gapura yang besar terbuat dari kayu dengan warna yang menarik. Saat datang, seperti biasa kita dipandu oleh guide setempat. Guide memulai perjalanan dengan memperkenalkan rumah Desa Ende yang atapnya terbuat dari jerami dan lantainya terbuat dari kotoran Kerbau. Kerbau-kerbau dipelihara dikandang tersendiri dipojok Desa. Setiap seminggu sekali, lantai dipoles ulang dengan kotoran kerbau agar rekat dan kuat kembali. Atap teras menuju pintu masuk rumah dibuat rendah sebagai tanda 'permisi' oleh tamu kepada tuan rumah.
Didepan rumah sedang ada wanita muda sekitar 28 tahun yang sedang menenun dan nenek-nenek yang sedang "nyirih". Pintu masuk kedalam rumah kecil dan pendek pula. Yang diperbolehkan tidur di dalam rumah adalah para wanita. Sedangkan para pria tidur di teras, berfungsi untuk menjaga ternak di malam hari.
Masuk lebih jauh lagi ke dalam desa, kita disuguhkan pertunjukan musik dengan alat musik tradisional suku Sasak, Lombok dan pertarungan antar laki-laki. Ada juga anak kecil usia 4 tahun yang sudah terlatih bertarung. Kita pun dipersilahkan mencoba menggunakan kayu dan dan perisai dari kulit kerbau yang sudah disediakan. Perjalanan terakhir ada toko souvenir untuk para traveler untuk berbelanja.
Desa Ende masih asri, langit cerah dengan awan putih menjadi pemandangan mereka sehari-hari.
Bukit Merese
Sekian tulisan gue saat open trip di Lombok ya, pembaca 😹 semoga terhibur dan menambah pengetahuan sebelum kalian capcus ke Lombok. Aamiin papayyyy
Didepan rumah sedang ada wanita muda sekitar 28 tahun yang sedang menenun dan nenek-nenek yang sedang "nyirih". Pintu masuk kedalam rumah kecil dan pendek pula. Yang diperbolehkan tidur di dalam rumah adalah para wanita. Sedangkan para pria tidur di teras, berfungsi untuk menjaga ternak di malam hari.
Masuk lebih jauh lagi ke dalam desa, kita disuguhkan pertunjukan musik dengan alat musik tradisional suku Sasak, Lombok dan pertarungan antar laki-laki. Ada juga anak kecil usia 4 tahun yang sudah terlatih bertarung. Kita pun dipersilahkan mencoba menggunakan kayu dan dan perisai dari kulit kerbau yang sudah disediakan. Perjalanan terakhir ada toko souvenir untuk para traveler untuk berbelanja.
Desa Ende masih asri, langit cerah dengan awan putih menjadi pemandangan mereka sehari-hari.
Serigala Terakhir |
Bukit Merese
Sesampainya di Bukit Merese, kita makan siang dan berbelanja dari barang-barang yang ditawarkan oleh orang-orang setempat.
Mendaki dan panasnya menaiki Bukit Merese tidak ada apa-apanya dibandingkan keindahan alam dari atas bukit merese yang disuguhkan. Perpaduan langit, awan, perbukitan hijau, pantai dan laut dengan 3 gradasi warna. Sungguh menyegarkan hati, mata dan pikiran. Alhamdulilah diberikan rejeki dan umur oleh Allah SWT untuk menjadi saksi kebesaran-Nya.
Setelah sebentar menikmati pemandangan dan berfoto, kita turun kembali menuju bus untuk mengunjungi pantai Tanjung Aan.
Pantai Tanjung Aan
Mendaki dan panasnya menaiki Bukit Merese tidak ada apa-apanya dibandingkan keindahan alam dari atas bukit merese yang disuguhkan. Perpaduan langit, awan, perbukitan hijau, pantai dan laut dengan 3 gradasi warna. Sungguh menyegarkan hati, mata dan pikiran. Alhamdulilah diberikan rejeki dan umur oleh Allah SWT untuk menjadi saksi kebesaran-Nya.
Setelah sebentar menikmati pemandangan dan berfoto, kita turun kembali menuju bus untuk mengunjungi pantai Tanjung Aan.
Bukit Merese |
Pantai Tanjung Aan sedang surut sehingga airnya jauh. Pasirnya bersih dan putih cocok untuk berfoto. Sambil menunggu giliran di ayunan pantai (hahaha) kita berfoto sendiri di bibir pantai.
Dan kita hanya foto diayunan saja kita-kia kita hanya 15 menit disana.
Pantai Kuta Mandalika
Dan kita hanya foto diayunan saja kita-kia kita hanya 15 menit disana.
Pantai Tanjung Aan |
Di Pantai Kuta Mandalika diceritakan oleh Mas Taufik lagi. Alkisah, ada seorang putri sangat cantik, kembang desa bernama Putri Nyale dari Mandalika yang diperebutkan oleh dua pangeran di Lombok. Singkat cerita, Putri Nyale bunuh diri dari tebing agar masyarakatnya tidak saling ricuh dan berdebat siapakah pangeran yang lebih pantas untuk bersanding dengan Putri Nyale. Putri Mandalika tersebut tidak ingin pangeran yang lain harus patah hati dan mengganggu stabilitas kerajaan, sehingga Putri Nyale berfikir lebih baik untuk mengakhiri hidupnya.
Sayangnya Pantai Kuta dan Tulisan 'Kuta Mandalika' nya sedang di Pugar jadi kita hanya berfoto dipinggiran pantai saja. Dan disana ternyata ada ayunan lagi terus gue sama erik puas main ayunan sendiri 😹😹😹 ga ngantri.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya kita sampai bandara International Lombok Praya untuk kembali pulang ke Jakarta. Perjalanan open trip ini waktunya sangat singkat sedangkan banyak destinasi wisata di Lombok yang sayang sekali untuk dilewatkan. Sungguh menjadi dilema. hahaha. Semoga suatu hari nanti gue bisa berkunjung lagi untuk mengunjungi destinasi wisata yang lain di Lombok atau sekedar skin taining di Gili Trawangan kayak bule-bule. hahaha.
Sayangnya Pantai Kuta dan Tulisan 'Kuta Mandalika' nya sedang di Pugar jadi kita hanya berfoto dipinggiran pantai saja. Dan disana ternyata ada ayunan lagi terus gue sama erik puas main ayunan sendiri 😹😹😹 ga ngantri.
Kuta Mandalika |
0 komentar