Halo pembaca. Kali ini aku akan sharing pengalaman Ibuku yang terserang stroke sejak tahun 2016 usia beliau saat itu 61 tahun berarti sudah 2 tahun semenjak pembuluh darah otak kiri Ibu pecah dan operasi otak kiri di RS Mayapada Tangerang. Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan kontrol ke rumah sakit juga selalu dilakukan.
Bulan-bulan awal stroke ibu, aku yang merawat dirumah karena Alhamdulillah tidak lulus masa percobaan sebagai supervisor di sebuah pabrik sepatu (which is aku memang berdoa sama Allah, apabila bekerja disini mengandung banyak Mudharat, tidak apa apa tidak lulus) bener dong ga lulus wkwk oke back to topic. Setelah operasi berjalan lancar, kondisi ibu tidak seperti semula. Lokasi pembuluh darah pecah yang dioperasi adalah di sebelah kiri kepala, menyebabkan tangan kanan dan kaki kanan Ibu tidak bisa digerakan. Benar-benar tidak bisa digerakan letoy gitu, hanya bahu yang bisa digerakan.
Beberapa hari setelah dirawat, Ibu diperbolehkan untuk pulang. Kondisi saat itu ibu belum bisa jalan dan masih pakai kursi roda. Hari-hari awal dirumah, ibu tetap mandi dan bersih bersih ke kamar mandi digendong bapak. Bapak juga 61 tahun saat itu. Kakak pertama mendorong ibu untuk latihan berjalan karena bapak juga sudah tidak muda lagi. Kakak kedua selalu mewanti wanti ibu untuk tidak jatuh lagi. Perasaan ibu saat itu adalah mau tapi takut untuk mencoba. Beberapa kali jatuh berdua aku saat latihan berjalan (tidak menimbulkan benturan) ke kamar mandi.
Memandikan, memberi makan, ganti popok, masak makanan sehat dan urus kontrol ke Rumah sakit setiap minggu. Saat itu benar benar seperti sedang merawat bayi. Tahun 2015 baru wisuda, sekarang baru kepikiran kenapa tidak ambil kuliah keperawatan. Jujur karena anak bungsu jadi tidak pernah merasakan merawat anak kecil. Saat itu sering kali ada perasaan tidak sabar karena secara sikap, ibu jadi lebih manja 180 derajat, banyak mengeluhkan keadaannya dan komplain karena apa yang aku kerjakan tidak sebaik yang biasanya ibu kerjakan. Itu semua karena Ibu terbiasa jadi ibu pekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga setelah pensiun. Tapi itu semua tidak sebanding dengan pengorbanan fisik dan psikis ibu selama 23 tahun dari aku lahir sampai mandiri. Aku selalu mengambil waktu untuk istirahat ke kamar sendiri, tidur dan pulih lagi secara fisik dan psikis. Terbiasa beli makan atau dimasakan ibu, kejadian stroke ini mendorong kemauanku untuk memasak untuk sekeluarga, karena bapak juga sudah pensiun dan full time ada dirumah. Segala takdir yang Allah berikan pasti ada hikmahnya.
Well, lanjut perawatan ibu saat rawat jalan:
1. Rawat jalan kami lakukan menggunakan fasilitas BPJS. Ibu harus pergi ke faskes I untuk mendapat rujukan ke rumah sakit tipe C dimana terdapat dokter syaraf. Ibu dapat rujukan kalau tidak salah 6 bulan, setelah 6 bulan harus memperbaharui rujukan ke faskes 1. Dokter spesialis yang dituju adalah Dokter Spesialis Syaraf, lalu oleh beliau dirujuk juga ke dokter Spesialis Penyakit Dalam dan laboratorium karena ibu juga punya kolesterol dan cek jantung. Hal ini kami lakukan kurang lebih 1-2 tahun semenjak Ibu operasi, karena dokter syaraf yang sering cocok jadwalnya tidak pernah memeriksa Ibu (Literally pakai Stetoskop pun tidak) hanya diwawancara saja, selalu buru-buru dan tidak detail menjelaskan.
2. Selain rawat jalan kami juga menggunakan jasa fisioterapis yang datang ke rumah 2-3 kali seminggu. Oleh fisioterapis, ibu diminta latihan jalan sendiri. Jasa fisioterapis ini tidak berlangsung lama hanya 3 atau 4 bulan setelah ibu operasi karena ibu merasa tidak ada perubahan. Mungkin terlalu cepat untuk memutuskan bahwa fisioterapis tidak menimbulkan perubahan. Tapi saat itu, kita mengikuti apa yang Ibu mau karena hasilnya akan tidak maksimal apabila dari pasien tidak ada semangat untuk melakukan terapi. Selain itu mungkin Ibu memikirkan biaya terapis yang tidak murah.
3. Fisioterapi di rumah sakit tipe C atas rujukan dokter Spesialis Syaraf saat itu gratis 6 kali terapi. Beberapa kali juga aku mengantarkan ibu karena setelahnya aku diterima kerja. Kali ini kakak pertama yang memutuskan resign untuk merawat ibu kami dan anaknya yang berusia 2 tahun.
4. Suhu Yo! I dont really know who is he. Tiba tiba dia datang untuk melihat keadaan ibu atas permintaan kakak kedua. Intinya adalah pengobatan China tradisional dengan pijat dan jamu.
5. Pak X beneran lupa namanya. Beliau juga datang atas permintaan kakak kedua kenalan client nya di kantor. Pengobatan Muslim tradisional tapi aku tidak tahu obat atau saran konsumsi apa yang dianjurkannya.
6. Klinik akupunktur di Jakarta juga pernah kita datangi. Tempatnya ramai dan pelayanannya baik. Pengobatannya dipijat dan suntik jarum akupunktur dengan aliran listrik. Kami hanya beberapa kali saja kesana karena lagi lagi ibu merasakan tidak ada perubahan dan juga cukup jauh harus ke Jakarta, bukan karena uang kali ini karena klinik akupunktur cukup terjangkau.
7. Pergi ke Yogyakarta naik Pesawat untuk pijat dengan Pak Kobis atas rekomendasi teman Ibu yang sakit stroke ringan setelah suaminya meninggal. Aku ambil cuti 2 hari dari pekerjaan untuk terbang ke Jogja bersama ibu. Terimakasih kepada atasan saat itu karena perjalanan tersebut di sponsori oleh Beliau. Ibu bukan orang yang suka jalan jalan akan tetapi setelah cerita pengalaman sembuh temannya, ibu langsung bersemangat, dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menemani ibu berobat sekalian jalan-jalan mumpung aku belum punya suami dan anak.
Pergi: Menunggu Boarding Citylink |
Pulang: Bisnis Batik Air |
Terimakasih maskapai Citylink dan Batik Air saat itu yang dengan iklas, sabar dan sepenuh hati melayani segala keterbatasan Ibu. Pulangnya ibu diberikan kursi di Bisnis untuk kemudahan akses naik dan turun. Many thanks :)
Hotel |
Ibu bawa kursi roda dan tongkat sendiri untuk memudahkan mobilitas. Kami hanya bawa satu tas ransel dan menginap di hotel yang wheelchair friendly dekat rumah pak kobis.
Gudeg Jalan Tentara Pelajar No. 102 |
Makan malam aku pergi naik gojek keluar untuk beli gudeg. Ibu bener bener seneng dan habis makan nya, makan gudeg asli Jogja.
Mall samping hotel |
Saat ibu istirahat aku jalan-jalan di mall samping hotel.
Pak Kobis |
Keesokan hari nya kita langsung ke pak Kobis. Ibu dipijat syaraf bilang "aw aw" pertanda sakit ya. Ternyata setelah Ibu yang dipijat aku juga ditawarkan dipijat dan rasanya memang "wow" hahaha. Di Pak Kobis Bayar seiklasnya tapi waktu itu kita 1 orang Rp. 100.000,-
Brunch |
Gembira Loka Yogyakarta |
Karena masih ada waktu setelah dari Pak kobis, kita kembali lagi ke hotel untuk sarapan dan aku berenang lalu kita pergi ke Gembira loka untuk lihat hewan hewan.
Lalu bagaimana hasilnya ?
Hasilnya kita pulang dengan kurang bahagia karena ibu belum ada perubahan juga. Aku sempat menanyakan perasaan ibu "Ibu ga apa apa kita ke Jogja belum berhasil sembuh?" "Ga apa apa kan seneng udah jalan jalan" my heaaaaaaaaaaaart. Ibu semangatnya tidak luntur begitu saja karena kecewa. Aku juga sebagai anak ada rasa bahagia sudah bisa pergi quality time berdua berusaha untuk kesembuhan Ibu. Terapi yang kita lakukan hanya sekali mungkin sangat tidak maksimal ya karena keterbatasan cuti dan harus menginap lama di hotel apabila mau beberapa kali terapi. Dan juga perbedaan keparahan penyakit teman Ibu yang stroke ringan dan ibu yang operasi otak.
UPDATE: 2020
8. Ibu dapat rekomendasi temannya yang lain lagi untuk melakukan pijat di Kecamatan sebelah, satu kali aku antar, banyak antriannya dan bayar seikhlasnya. Pijatnya hanya 3 menit ya dan tidak ada perubahan juga sampai akhirnya Covid 19 menyerang dan kita harus PSBB, WFH, WFO.
9. Ibu dapat rekomendasi temannya yang lain lagi untuk melakukan pijat datang ke rumah. Orangnya asli Pandeglang Banten. Beberapa bulan sampai bulan puasa, ibu masih menggunakan jasa nya. Lalu ibu merasa jenuh karena tidak ada perubahan juga.
Selain semangat ibu dan support teman temannya Ibu, Aku dan kakak-kakak tidak urung berjuang mencari pengobatan yang cocok untuk Ibu. Terbersit dari awal ibu sakit untuk membawa ibu terapi ke Situbondo ke Mas Angga Praja Buana. Akan tetapi, karena jarak yang cukup jauh aku belum memikirkan rencana itu lagi karena takut ibu kelelahan karena dari Bandara, harus jalan menggunakan mobil selama 1-2 jam atau tol selama 8-10 jam. Semoga ada kesempatan dan waktu yang tepat dimasa depan untuk ke Situbondo.
Hingga kini ibu masih belum dapat menggerakan tangan dan kaki kanan. Teman teman pembaca, apabila ada rekomendasi pengobatan stroke di daerah Tangerang dan sekitarnya, dengan kondisi seperti yang dialami ibu dan ada review sembuh boleh mohon tulis dikolom komentar ya :) Terimakasih cukup sekian sharing aku kali ini semoga para pejuang stroke segera diberikan kesembuhan dan keluarga disekitarnya diberikan kesabaran dan semangat selalu untuk berjuang bersama ya. Wallahualam