Transjabodetabek |
Halo pembaca. Kali ini gue mau sedikit curhat mengenai transportasi di Jakarta-Tangerang. Gue mau menulis ini karena gue salah satu pengguna transportasi umum untuk kegiatan sehari-hari. Gue ga punya kendaraan pribadi dan Surat Izin Mengemudi (SIM A/C). Biasanya gue kemana-mana lebih nyaman naik bus, kecuali kalau butuh cepat sampai ke tempat tujuan gue biasanya naik ojek online. Tapi kalo naik ojek/car online, biasanya Tangerang-Jakarta lebih mahal dibandingkan dengan naik bus. "Makanya jangan suka mepet kalau mau pergi" gitu kata bapak tiap gue panik bakal telat.
Menurut yang pernah gue lihat atau alami. Transportasi di Jakarta-Tangerang itu ada 4 :
1. Angkot
Waktu sekolah SD SMP dan SMA gue selalu menggunakan ini karena termasuk option yang lebih murah dari pada ojek. Waktu gue SD, naik angkot Rp. 1.500,- Sekarang Rp.4.000,- dari depan sekolah ke gang deket rumah. Sebenernya kalau naik angkot, jangkauannya lebih masuk ke pelosok kota, ada antar provinsi juga contoh yang sering gue naik waktu sekolah itu Ciledug-Semanan, which is, Ciledug itu Tangerang, Semanan itu Jakarta Barat. Tapi kelemahan angkot yang paling fatal adalah doi "ngetem". Jadi ga bisa diprediksi kapan akan sampai tempat tujuan kalau naik angkot. Apalagi kalau digunakan dipagi hari saat mau berangkat kerja, menurut gue efektifitasnya paling buruk kalau dibandingkan dengan transportasi umum yang lainnya. Entah kenapa pemerintah daerah terkesan ga mau ambil sikap dalam menangani masalah angkot ini, yang jelas-jelas sering bikin macet dan sering berhenti mendadak kalo ada "sewa" (re: penumpang. gitu bahasa mereka). Pemerintah harusnya membuat peraturan mengenai jumlah peredaran angkot, berhentinya dimana aja (semacam halte gitu jadi mereka ga berhenti sembarangan naik-turunin penumpang), waktu berangkatnya, sanksi bila melanggar. Yah dan lain-lain, masih banyak yang harus dibenahi kalau masih tetap mau ada angkot. Tolong dong, Yth Bapak-bapak Ibu-Ibu Pemda, jangan nyaman dengan keadaan Tangerang Jakarta yang carut-marut kayak gini (khususnya daerah pasar dsk yang banyak naik turun penumpang).
2. Ojek
Menurut jenisnya, ojek ada 2 yaitu ojek motor dan ojek mobil. Menurut cara mendapatkannya, ojek ada 2 juga yaitu ojek pangkalan dan ojek online.
Sekarang bahas ojek pangkalan dan online dulu. Dari segi harganya, jelas untuk sekarang lebih mahal ojek pangkalan, biasanya juga terjadi tawar menawar antara pengguna dan tukang ojeknya (misal kalau ke pasar Ciledug sampai Pinang=Rp.15.000,-). Berbeda dengan ojek online, yang harganya sudah ditentukan aplikasi/ perusahaan/providernya menurut jarak dan ada juga yang menurut tingkat kepadatan jalan (pasar Ciledug-Pinang sekitar=Rp. 6000,-). Ojek online juga punya fiture like go-pay atau grab pay dll yang memungkinkan penggunanya bayar ojek lebih murah dengan menggunakan uang elektronik, abang ojeknya tetap dapat jumlah tarif yang normal, tapi kita disubsidi. Dari segi kemudahan mendapatkannya, ojek pangkalan itu ga selalu ada deket rumah kita gais susah kadang kalau mau manggil kita harus pergi ke depan gang lain. Sedangkan, kalau ojek online tinggal klik-tinut-telfon-beberapa menit kemudian udah di depan rumah kayak pacar hahaha. Ojek pangkalan lebih mudah dan paling banyak kumpul di depan sekolah, belakang rest area, pasar dll. Kelemahan ojek online masih belum tersebar diseluruh Indonesia, kayak kalau kita ke Bogor sampe terminal, mau naik ojek misalnya sampai Rancamaya itu masih jarang. Tingkat kemudahan pencariannya menurun. Apalagi, kalau provider sim card HP kita ga ada sinyal. Kan intinya kalau kalian mau pakai ojek online, kalian harus punya KUOTA, seremkan? hahaha (kecuali kalau pake wi-fi yaa)
Menurut jenisnya, ojek ada 2 yaitu ojek motor dan ojek mobil. Ojek mobil relatif lebih mahal, ya secara mobil itu lebih mahal dan kapasitas angkutnya lebih banyak misal kalau ke Puri Indah Mall dari rumah sekitar Rp.60.000,- (harap maklum gue orang pinggiran) kalau naik motor, sekitar Rp. 17.000,- sampai Rp.23.000,-. Sering kesitu kayak bertiga atau berempat, worthed naik mobil yang lebih nyaman, bersih, ga bau asap kendaraan dan bisa ngobrol walaupun lebih lama.
Ojek Online |
3. Transportasi massal (Transjabodetabek, Bus AKAP dan Kereta)
Terimakasih kepada pemprov Jakarta yang sudah menginisiasi adanya AKAP Tangerang-Jakarta luar biasa murah hanya Rp. 3.500 terus kita bisa keliling Jakarta hanya dengan Rp. 3.500,- WOW (di dalem halte doang yaa). Kalau kita masuk halte busway dari halte Jakarta sebelum jam 07.00 kita kena tarif Rp. 2.000. Tapi kalau dari Tangerang tetap Rp.3.500,- karena setiap pemberhentiannya hanya semacam "stop" bukan halte seperti di Jakarta dan kondekturnya pakai mesin Electronic Data Capture (EDC) BCA tap (bukan gesek) untuk menarik ongkos penumpang. Kita akan dapet struk setelah kartu kita di tap sama kondekturnya di layar mesin EDC dan otomatis ketarik 3.500. Nanti kalau sudah sampai halte, pindah bus ga perlu tap lagi. Overall gue pakai transjabodetabek buat ke kantor. Rutenya BSD-Grogol / Poris Plawad-Pasar Baru / Tangerang-Bunderan Senayan rute itu sama-sama transit 1 kali untuk ke kantor. Semenjak gerbang tol Karang Tengah dibuka jadi lebih cepat waktu tempuhnya. Pulang hanya sekitar 1,5 jam dari rumah ke kantor yang biasanya 2,5 jam. Pergi 1,5 jam, karena berangkat selalu jam 6 kurang sedikit. Semoga armadanya di tambah agar waktu tunggunya ga terlalu lama lagi. Enaknya sekarang naik Transjakarta di halte Jakarta ada jadwal (countdown) kedatangan bus ke halte itu, Pemprov kerjasama sama Trafi. Pertamanya gue pake Trafi di HP, karena ngepoin orang pas lagi antri. Bener-bener real time dan membantu gue buat mengestimasi ke halte mana gue supaya dapet bus lebih cepat. Tapi beberapa minggu kemudian sudah muncul di layar halte. Tapi kalau gue lebih suka yang di HP karena bisa tau bus nya ada dimana.
Bus AKAP gue jarang naiknya karena sama sama berdiri ga dapat duduk tapi harga sama aja kayak yang duduk sekitar Rp. 6.000- sampai Rp. 8.000,- mendingan transjakarta berdiri banyak temennya hahaha. Tapi ada masanya juga gue pakai bus AKAP regular, misalnya kalo kaki gue udah jemper banget mau duduk, pakai AKAP dari slipi kemanggisan sampai rest area Karang Tengah bayar Rp. 6.000,- AC tempat duduk nyaman tinggal bobo.
Kereta/KRL gue jarang pakai karena daerah rumah gue ga dilalui rel kereta/KRL. Cara menggunakannya hampir sama dengan busway tinggal tap datang dan tiba kalau kita pakai kartu bank. Tapi harus ke loket kalau kita pakai Tiket Harian Berjalan (THB)
Mungkin, kalau gue mental orang yang seenaknya menggunakan mobil seorang diri atau berdua doang (padahal kapasitasnya 4-7 orang), gue akan menggunakan mobil pribadi kemanapun gue mau pasar, mall, kondangan, kerja, ke sebelah rumah pun gue bakal naik mobil. Tapi, berhubung gue ga punya mobil, mental gue terbentuk untuk
1. Kesel banget sama "orang-orang yang cuma sendirian atau berdua di mobil di jalanan yang macet" (kecuali doi tua, disabilitas, hamil atau mau ke rumah sakit), karena coy, kalian ga mikir betapa kalian ga kontribusi untuk mengurangi kemacetan. Kalian takut hasil permak wajah dan kulit hilang akibat naik kendaraan umum? takut kakinya varises kebanyakan berdiri? emang sih naik kendaraan umum di Jakarta belum sebaik di negara-negara maju. Tapi kalian liat aja Jepang mereka malah ada petugas yang mendesak mereka untuk masuk kereta dan mereka juga berdiri dan mereka sehat-sehat aja. Yah itu sih tergantung gaya hidup hahaha bisa aja nanti gue juga jadi orang yang menggunakan mobil kemana mana. Tapi setidaknya karena gue pernah menggunakan transportasi umum, gue jadi tau kalau naik mobil seperlunya aja dan minimal 3 orang kayak kebijakan 3 in 1 dulu itu.
2. Kesel banget sama "orang di dalam mobil pribadi yang meng-klakson bis dan nyalip bis minta duluan". Coy, kita rame-rame lagi berdiri loh... ga ada sedikit pun rasa kalian menghargai kita ini, kalian duduk sendiri didalem mobil pribadi sedangkan kita beramai-ramai. Kalau kita keluar, bisa ngeroyok loh apalagi ibu-ibu bisa di gebuk pakai tas loh hahaha (fantasi gue doang)
Kalau mau menggunakan kendaraan pribadi, yang sudah expert naik motor mendingan naik motor aja deh karena ga lebih makan tempat dan irit bensin daripada mobil.
ITULAH curhatan gue yang ga penting. Intinya kita harus bijak dalam menggunakan kendaraan umum dan pribadi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yaa guys. Semoga bemanfaat.